Doa doa yang tidak akan ditunda ijabahnya
oleh Allah adalah doa-doa:
1.
Doa
penguasa yang adil
2.
Doa
orang yang teraniaya atau terzalimi
3.
Doa
orang tua kepada anaknya.
4.
Doa
orang dalam perjalanan.
5.
Doa
orang yang sedang berpuasa hingga ia berbuka.
Pada
kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk membahas tentang doa orang tua kepada anaknya. Terutama doa
seorang seibu.
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang
doa seorang ibu, ada baiknya terlebih dahulu kita membahas tentang doa itu
sediri.
DOA
Di
dalam “Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi” terdapat
penjelasan terkait sabda Rasulullah saw.: “Doa adalah inti ibadah“.
Kata “al-mukhkhu” dengan dibaca dhommah mim-nya secara
bahasa artinya adalah “niqyul ‘adzmi,
sumsum atau tulang otak”, “ad-dimâgh, otak”, “syahmatul ‘aini, biji mata” dan “khâlishu kulli syai’in, inti atau sari”. Artinya bahwa
doa itu merupakan inti dari sebuah ibadah. Sebab orang yang berdoa itu tidak
lain, bahwa ia sedang memohon kepada Allah ketika harapan kepada selain-Nya
sudah terputus. Dan hal itu merupakan hakikat tauhid (pengesaan kepada Allah)
dan keikhlasan. Mengingat tidak ada ibadah yang melebihi derajat keduanya.
Ibnu
al-Arabi berkata: “Dengan jiwa (nyawa), anggota tubuh menjadi kuat (hidup).
Begitu juga doa, ia merupakan jiwa (nyawa) bagi ibadah, dimana dengannya ibadah
seorang hamba menjadi kuat, karena ia adalah ruh (jiwa) bagi ibadah.”
Sebagian
ulama tafsir (mufassir) mengatakan terkait
firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku.” (TQS. Al-Mukmin [40] : 60).
Kata ‘an
‘ibâdatiy, dari menyembah-Ku, yakni ‘an du’âiy, dari
berdoa kepada-Ku.
*** ***
***
Doa
adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Dan dalam hal ini, sungguh
terdapat banyak ayat dan hadits yang menganjurkan dan mendorong untuk berdoa,
diantaranya adalah firman Allah SWT: “Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.”
(TQS. Al-Baqarah [2] : 186).
Dan
firman Allah SWT: “Atau siapakah yang memperkenankan orang yang
dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan,
serta yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi?“(TQS. An-Naml [27] : 62).
Dan
sabda Rasulullah Saw:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ
قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ
تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ
وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا».
“Tidak ada seorang Muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan suatu
doa yang di dalamnya tidak ada (sesuatu yang mengandung unsur) dosa, dan
memutuskan silaturahmi, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga
perkara, yaitu: bisa jadi Allah akan mempercepat terkabulnya doa itu saat di
dunia; atau Allah akan menyimpan terkabulnya doa di akhirat kelak; atau bisa
jadi Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai dengan kadar doanya.”
(HR. Ahmad).
Dengan
demikian, seorang Muslim sangat ditekankan untuk berdoa kepada Allah SWT di
saat senang dan susah, serta di saat sendirian dan bersama banyak orang, sehingga
ia memperoleh pahala dari Allah SWT. Sesungguhnya, di dalam doa itu tampak
ketundukan dan kebutuhan seorang hamba kepada Allah SWT.
MENGAPA DOA IBU TERMASUK KEDALAM DOA YANG
DIJABAH OLEH ALLAH SWT?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا
الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ
كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ
وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ
الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً
تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ
الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia
supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai.
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Ayat diatas menjelaskan akan hak ibu
terhadap anaknya. Ketahuilah, bahwasanya ukuran terendah mengandung sampai
melahirkan adalah 6 bulan (pada umumnya adalah 9 bulan 10 hari), ditambah 2
tahun menyusui anak, jadi 30 bulan. Sehingga tidak bertentangan dengan surat
Luqman ayat 14 (Lihat Tafsiir
ibni Katsir VII/280)
وَوَصَّيْنَا
الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun .
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)
Dalam ayat
ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah
hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada
ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan dalam
sebuah hadits,
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ
النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ،
قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia
berkata, “Seseorang datang
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah,
kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang
tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’
Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR.
Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa
kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya
dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali.
Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian
tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil, kesulitan
ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya
dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh
seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan
bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah)
RAHASIA DOA SEORANG IBU.
Rasulullah Saw menceritakan, bahwa dahulu pada zaman
Yahudi, ada seorang yang bernama Juraij yang ahli ibadah. Saking getolnya
beribadah, Juraij membuat sebuah biara untuk tempatnya beribadah. Suatu saat
Juraij harus menerima kenyataan pahit. Ia dituduh telah menzinahi seorang
wanita pelacur sampai ia hamil dan melahirkan.
Juraij akhirnya harus digelandang ke pengadilan. Ia
ditoton oeh puluhan wanita pelacur dan disidang oleh presiden langsung.
Syukurlah, bayi yang dilahirkan si pelacur itu dikehendaki Allah dapat bicara
saat juraij bertanya,” hai anak manis, siapa ayahmu?” bayi yang masih merah itu
menjawab ,”si pengembala sapi”. Begitu ada kesaksian yang luar biasa ini,
barulah Juraij kemudian dibebaskan dengan hormat dan nama baiknya pun pulih
kembali.
Juraij sadar sekali, bila kejadian hebat itu harus ia
hadapi. Dengan tenang dan selalu tersenyum ia menerima semua kejadian itu,
sebagai akibat dari dirinya, yang tidak menyahut panggilan ibunya. Ibunya kesal
dan mendoakan agar Juraij jangan mati dulu sebelum dirinya melihat batang hidung
para wanita pelacur.
Di zaman nabi Sulaiman, ada seorang laki-laki yang hidup
dalam sebuah kubah yang berpintu empat yang ada didasar laut samudra .
Laki-laki didalam kubah itu telah berdiam didalamnya lebih dari seribu tahun
lamanya. Ia mendapat makanan dan minuman yang lezat, yang dikirimkan allah
melalui burung. Kenapa ia sangat istimewa? Karena dia telah merawat ibu dan
bapaknya selama 70 tahun . karna kasih ayang orang tua pada anaknya itu. Maka
sebelum meninggal ibnya berdoa agar anaknya
ditempatkan oleh Allah pada tempat yang tidak berada dibumi dan dilangit,
sehingga satupun tidak ada yang dapat melihatnya. Bapaknya, sebelum meninggal,
sebelum berdoa, semoga anaknya dipanjangkan umur anaknya. Doa kedua orang
tuanya, dijabah oleh Allah terjadilah kedahsyatan yang luar biasa.
Rasulullah Saw menyatakan, bahwa doa ibu atau orang tua
kepada anaknya mustajab. Mengapa? Sebab dua kekuatan menjadi satu. Pertama,
kekuatan dari daya ubah doa. Kedua kekuatan dari kemulian orang tua, khususnya
ibu yang jelas-jelas harus lebih dimuliakan oleh anak.
Dari ilustrasi kisah nyata di atas, maka kita melihat
adanya hubungan yang erat antara kekuatan doa, kemuliaan ibu atau bapak dan
keadaan anak yang berbakti atau durhaka. Semua ini akan melahirkan kekuatan
yang amat dahsyat dari doa.
Dari uraian diatas, dapat terjawab, rahasia kedahsyatan
doa ibu ada 4 yaitu.
1. Doa ibu menjadi amat dahsyat karena kesucian
dan kemuliaan doa itu sendiri di sisi Allah.
2. Doa ibu menjadi amat dahsyat, karena
kemuliaan orang tua khususnya ibu di sisi Allah pula
3. Karena besarnya pahala berbakti pada orang
tua, dan.
4. Karena sangat besarnya dosa menyakiti orang
tua.
KEUTAMAAN-KEUTAMAAN
DOA IBU.
1.
Doa ibu
seperti doa Nabi pada umatnya.
2.
Doa ibu
mendatangkan kemuliaan
3.
Doa ibu
dapat menolak pitnah
4.
Doa ibu
mengantarkan kesuksesan
5.
Doa ibu
dapat menyalamatkan jiwa
6.
Doa ibu
dapat menjadikan khusnul khatimah
7.
Doa ibu
membukan rezeki
8.
Doa ibu
sumber kekuatan batin
9.
Doa ibu
menyehatkan keluarga.
10. Doa ibu pintu hidayah sepanjang masa.
Karena kedahsyatan dao ibu tadi lah, maka kita harus
berbakti kepada orang tua dan tidak durhaka kepada kedua orang tua kita. Sudah
kewajiban seorang anak untuk berbakti kepada ibunya seperti contohnya dengan
cara merawat orang tua kita ketika sudah tua, tidak membentaknya, dan mendoakan
mereka ketika mereka sudah tiada. Jangan pernah mengatakan “cis” “ah” atau
“hus” seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:
وَ
قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْآ اِلاَّ اِيَّاهُ وَ بِاْلوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا،
اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلهُمَا فَلاَ تَقُلْ
لَّهُمَآ اُفّ وَّ لاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا.
الاسراء:23
Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. [Al-Israa' : 23]
Besar
dosa kepada orangtua sam dengan dosa mempersekutukan Allah Swt, firman Allah
Swt:
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ
وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,
Referensi:
1.
Buku Dahsyatnya Doa Ibu (Ust. Syamsuddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar