Senin, 01 Juli 2013

DOA IBU


Doa doa yang tidak akan ditunda ijabahnya oleh Allah adalah doa-doa:
1.      Doa penguasa yang adil
2.      Doa orang yang teraniaya atau terzalimi
3.      Doa orang tua kepada anaknya.
4.      Doa orang dalam perjalanan.
5.      Doa orang yang sedang berpuasa hingga ia berbuka.

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk membahas tentang  doa orang tua kepada anaknya. Terutama doa seorang seibu.
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang doa seorang ibu, ada baiknya terlebih dahulu kita membahas tentang doa itu sediri.

DOA
Di dalam “Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi” terdapat penjelasan terkait sabda Rasulullah saw.: “Doa adalah inti ibadah“.
Kata “al-mukhkhu” dengan dibaca dhommah mim-nya secara bahasa artinya adalah “niqyul ‘adzmi, sumsum atau tulang otak”, “ad-dimâgh, otak”, “syahmatul ‘aini, biji mata” dan “khâlishu kulli syai’in, inti atau sari”. Artinya bahwa doa itu merupakan inti dari sebuah ibadah. Sebab orang yang berdoa itu tidak lain, bahwa ia sedang memohon kepada Allah ketika harapan kepada selain-Nya sudah terputus. Dan hal itu merupakan hakikat tauhid (pengesaan kepada Allah) dan keikhlasan. Mengingat tidak ada ibadah yang melebihi derajat keduanya.
Ibnu al-Arabi berkata: “Dengan jiwa (nyawa), anggota tubuh menjadi kuat (hidup). Begitu juga doa, ia merupakan jiwa (nyawa) bagi ibadah, dimana dengannya ibadah seorang hamba menjadi kuat, karena ia adalah ruh (jiwa) bagi ibadah.”
Sebagian ulama tafsir (mufassir) mengatakan terkait firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku.” (TQS. Al-Mukmin [40] : 60). Kata ‘an ‘ibâdatiy, dari menyembah-Ku, yakni ‘an du’âiy, dari berdoa kepada-Ku.
*** *** ***
Doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Dan dalam hal ini, sungguh terdapat banyak ayat dan hadits yang menganjurkan dan mendorong untuk berdoa, diantaranya adalah firman Allah SWT: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 186).
Dan firman Allah SWT: “Atau siapakah yang memperkenankan orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan, serta yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi?“(TQS. An-Naml [27] : 62).
Dan sabda Rasulullah Saw:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا».
Tidak ada seorang Muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang di dalamnya tidak ada (sesuatu yang mengandung unsur) dosa, dan memutuskan silaturahmi, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga perkara, yaitu: bisa jadi Allah akan mempercepat terkabulnya doa itu saat di dunia; atau Allah akan menyimpan terkabulnya doa di akhirat kelak; atau bisa jadi Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai dengan kadar doanya.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, seorang Muslim sangat ditekankan untuk berdoa kepada Allah SWT di saat senang dan susah, serta di saat sendirian dan bersama banyak orang, sehingga ia memperoleh pahala dari Allah SWT. Sesungguhnya, di dalam doa itu tampak ketundukan dan kebutuhan seorang hamba kepada Allah SWT.

MENGAPA DOA IBU TERMASUK KEDALAM DOA YANG DIJABAH OLEH ALLAH SWT?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Ayat diatas menjelaskan akan hak ibu terhadap anaknya. Ketahuilah, bahwasanya ukuran terendah mengandung sampai melahirkan adalah 6 bulan (pada umumnya adalah 9 bulan 10 hari), ditambah 2 tahun menyusui anak, jadi 30 bulan. Sehingga tidak bertentangan dengan surat Luqman ayat 14 (Lihat Tafsiir ibni Katsir VII/280)
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)
Dalam ayat ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil, kesulitan ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah)

RAHASIA DOA SEORANG IBU.
Rasulullah Saw menceritakan, bahwa dahulu pada zaman Yahudi, ada seorang yang bernama Juraij yang ahli ibadah. Saking getolnya beribadah, Juraij membuat sebuah biara untuk tempatnya beribadah. Suatu saat Juraij harus menerima kenyataan pahit. Ia dituduh telah menzinahi seorang wanita pelacur sampai ia hamil dan melahirkan.
Juraij akhirnya harus digelandang ke pengadilan. Ia ditoton oeh puluhan wanita pelacur dan disidang oleh presiden langsung. Syukurlah, bayi yang dilahirkan si pelacur itu dikehendaki Allah dapat bicara saat juraij bertanya,” hai anak manis, siapa ayahmu?” bayi yang masih merah itu menjawab ,”si pengembala sapi”. Begitu ada kesaksian yang luar biasa ini, barulah Juraij kemudian dibebaskan dengan hormat dan nama baiknya pun pulih kembali.
Juraij sadar sekali, bila kejadian hebat itu harus ia hadapi. Dengan tenang dan selalu tersenyum ia menerima semua kejadian itu, sebagai akibat dari dirinya, yang tidak menyahut panggilan ibunya. Ibunya kesal dan mendoakan agar Juraij jangan mati dulu sebelum dirinya melihat batang hidung para wanita pelacur.

Di zaman nabi Sulaiman, ada seorang laki-laki yang hidup dalam sebuah kubah yang berpintu empat yang ada didasar laut samudra . Laki-laki didalam kubah itu telah berdiam didalamnya lebih dari seribu tahun lamanya. Ia mendapat makanan dan minuman yang lezat, yang dikirimkan allah melalui burung. Kenapa ia sangat istimewa? Karena dia telah merawat ibu dan bapaknya selama 70 tahun . karna kasih ayang orang tua pada anaknya itu. Maka sebelum meninggal  ibnya berdoa agar anaknya ditempatkan oleh Allah pada tempat yang tidak berada dibumi dan dilangit, sehingga satupun tidak ada yang dapat melihatnya. Bapaknya, sebelum meninggal, sebelum berdoa, semoga anaknya dipanjangkan umur anaknya. Doa kedua orang tuanya, dijabah oleh Allah terjadilah kedahsyatan yang luar biasa.

Rasulullah Saw menyatakan, bahwa doa ibu atau orang tua kepada anaknya mustajab. Mengapa? Sebab dua kekuatan menjadi satu. Pertama, kekuatan dari daya ubah doa. Kedua kekuatan dari kemulian orang tua, khususnya ibu yang jelas-jelas harus lebih dimuliakan oleh anak.

Dari ilustrasi kisah nyata di atas, maka kita melihat adanya hubungan yang erat antara kekuatan doa, kemuliaan ibu atau bapak dan keadaan anak yang berbakti atau durhaka. Semua ini akan melahirkan kekuatan yang amat dahsyat dari doa.
Dari uraian diatas, dapat terjawab, rahasia kedahsyatan doa ibu ada 4 yaitu.
1.      Doa ibu menjadi amat dahsyat karena kesucian dan kemuliaan doa itu sendiri di sisi Allah.
2.      Doa ibu menjadi amat dahsyat, karena kemuliaan orang tua khususnya ibu di sisi Allah pula
3.      Karena besarnya pahala berbakti pada orang tua, dan.
4.      Karena sangat besarnya dosa menyakiti orang tua.

KEUTAMAAN-KEUTAMAAN DOA IBU.
1.      Doa ibu seperti doa Nabi pada umatnya.
2.      Doa ibu mendatangkan kemuliaan
3.      Doa ibu dapat menolak pitnah
4.      Doa ibu mengantarkan kesuksesan
5.      Doa ibu dapat menyalamatkan jiwa
6.      Doa ibu dapat menjadikan khusnul khatimah
7.      Doa ibu membukan rezeki
8.      Doa ibu sumber kekuatan batin
9.      Doa ibu menyehatkan keluarga.
10.  Doa ibu pintu hidayah sepanjang masa.

Karena kedahsyatan dao ibu tadi lah, maka kita harus berbakti kepada orang tua dan tidak durhaka kepada kedua orang tua kita. Sudah kewajiban seorang anak untuk berbakti kepada ibunya seperti contohnya dengan cara merawat orang tua kita ketika sudah tua, tidak membentaknya, dan mendoakan mereka ketika mereka sudah tiada. Jangan pernah mengatakan “cis” “ah” atau “hus” seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:

وَ قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْآ اِلاَّ اِيَّاهُ وَ بِاْلوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا، اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّهُمَآ اُفّ وَّ لاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. الاسراء:23
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [Al-Israa' : 23]

Besar dosa kepada orangtua sam dengan dosa mempersekutukan Allah Swt, firman Allah Swt:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,


Referensi:
1.      Buku Dahsyatnya Doa Ibu (Ust. Syamsuddin)